Pupuk subsidi seharusnya menjadi solusi untuk menekan biaya produksi pertanian. Namun, belakangan ini banyak petani singkong justru memilih pupuk non-subsidi.
Petani singkong di Lampung lebih memilih menggunakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan alias pupuk kandang ketimbang pupuk yang sudah disubsidi dari pemerintah.
Pengakuan itu diutarakan oleh perwakilan dari Aliansi Masyarakat Petani Singkong Indonesia Maradoni saat RDP bersama Baleg DPR RI di Jakarta, Rabu (25/6/2025).
“Tidak bisa ditebus (beli pupuk subsidi), Pak. Karena lebih baik kami petani singkong membeli kotoran hewan untuk kami menjadikan pupuk, ketimbang kami membeli pupuk subsidi,” ucapnya.
Alasannya, meski pupuk sudah disubsidi, namun bagi petani singkong harga pupuk tersebut masih terbilang mahal.
“Karena harganya juga pakai duit, Pak. Karena harga yang kami dapatkan dari menjual hasil kebun singkong kami, tidak sepadan kami untuk membeli pupuk,” katanya.
Apalagi, tuturnya, saat ini kesejahteraan petani singkong di Lampung sedang terjepit akibat impor tepung tapioka. Yang membuat singkong produksi petani tak terserap dan semakin menumpuk.
Padahal singkong yang diproduksi petani memiliki kadar pati yang tinggi dan bisa diserap oleh industri tepung tapioka.
Dampak pada Hasil Panen dan Ekonomi Petani
Meski pupuk non-subsidi lebih mahal, banyak petani mengklaim bahwa:
- Produktivitas meningkat karena tanaman lebih sehat dan umbi lebih besar.
- Penghematan jangka panjang karena penggunaan pupuk lebih efisien.
- Harga jual lebih kompetitif karena kualitas singkong lebih baik.
Solusi yang Bisa Diterapkan
Agar petani tidak meninggalkan pupuk subsidi, pemerintah perlu:
- Memperbaiki kualitas pupuk dengan formula yang sesuai kebutuhan singkong.
- Memperketat pengawasan distribusi untuk mencegah penimbunan dan pemalsuan.
- Memberikan pelatihan tentang penggunaan pupuk yang tepat untuk tanaman singkong.
Pilihan petani singkong untuk beralih ke pupuk non-subsidi bukan tanpa alasan. Jika pemerintah ingin petani kembali menggunakan pupuk subsidi, perbaikan kualitas dan sistem distribusi harus dilakukan. Dengan begitu, program subsidi benar-benar bisa membantu petani, bukan justru menjadi beban baru.(25/6/2025)
Apa pendapat Anda? Apakah petani di daerah Anda juga mengalami masalah serupa?